Halaman

Senin, 30 Januari 2012

Mencari Senyummu


Hai Ari,
Aku masih ingat secara persis senyummu, yang terbingkai indah oleh lesung pipit di kedua pipimu. Saat itu umur kita tak lebih dari jumlah jemari di satu tangan. Kita berkenalan saat pertama kali mengenakan seragam sekolah. Taman kanak-kanak. Entah karena rumah kita yang berdekatan, atau karena mamamu yang begitu ramah, sehingga main ke rumahmu seakan menjadi jadwal tetapku setiap hari.

Dulu, sebuah rumah beserta penghuninya menjadi saksi. Rumahku dan rumahmu sebenarnya tidak terlalu dekat. Kita berbeda kompleks. Aku harus memutar  dan berjalan sekitar 200 meter apabila melewati jalan yang biasa. Beruntung, seorang tetangga memiliki rumah yang menghubungkan antara kompleksku dan kompleksmu. Yah, anggap saja, Tuhan memang menakdirkan kita untuk menjadi dekat. Dan rumah beserta penghuninya itupun menjadi saksi betapa sering aku melewatinya, hanya lewat, untuk bisa sampai ke rumahmu.

Lalu tiba-tiba rutinitasku harus berhenti. Kamu dan keluargamu pergi jauh, pindah ke Lampung. Saat itu aku tak bisa memahami perasaan apa yang bergejolak. Aku tak mempu mengartikan rasa kosong saat mengantarkan kepergianmu, melambaikan tangan padamu, dan melihat senyummu untuk terakhir kali. Tapi yang aku tahu, hingga detik ini, aku masih ingat secara detil dan persis tentang kamu. Seseorang yang tak pernah terganti oleh waktu.

Ah, kamu dimana sekarang? Bagaimana kabarmu? Apakah kamu masih ingat? Aku yang dulu hanya berdaster menemuimu, berceloteh panjang lebar, membawel, dan kamu hanya mendengarkan seraya tersenyum? Senyum kamu itu, senyum yang sampai saat ini tidak bisa lekang dari ingatku. Senyum yang selalu hadir, dan kucari-cari setiap aku berkenalan dengan pria bernama Ari. Sambil menahan harapan yang membuncah, bahwa yang kutemui, adalah kamu.

Ri, apakah kamu masih ingat, meski hanya sebatas namaku. Ingat bahwa pernah ada seorang anak perempuan berambut ikal, berpipi tembam bernama Nisaa, yang menemanimu setiap hari? Menemuimu, berceloteh, dan menikmati senyummu?

Please try to find me and I'll try to find you
You know I need you just like you need me
Please don't give up cause we're almost together
We've almost made it, hold on and you'll see

-Gorky Park: Try To Find Me-

Jakarta, 31 Januari 2012

Sabtu, 28 Januari 2012

Sudah Setahun

Pagi sayang..
Hari ini aku bangun terlalu pagi. Mungkin karena terkejut akan mimpiku semalam. Ketika tiba-tiba kamu datang, menyapa sejenak, dan melangkah pergi menjauh dariku. Kehadiranmu benar-benar hanya sekejap. Tapi kamu tahu? Efeknya membuat jantungku berdebar, bahkan hingga aku terbangun dari tidurku.

Ah, sayangnya, ketika aku pulih dari keterkejutanku, barulah aku sadar betapa ingin aku bermimpi tentangmu. Mati-matian aku berusaha tidur lagi. Agar kamu kembali kehadapanku. Dengan tekad, begitu kamu melangkah pergi, aku akan berlari-lari mengejarmu mati-matian..

Sayang, bagaimana tidurmu yang teramat panjang? Kamu tampak nyenyak meski hanya beralas tanah yang semalaman basah karena hujan turun. Masihkah tubuhmu utuh di sana? Sudahkah tubuh itu mulai habis menyuburkan tanah di sekitarnya? Ah, aku memang payah, aku tak tahu berapa lama tubuh manusia bertahan ketika ditanam di dalam tanah.

Aku bahkan tak tahu kalau hari ini sudah genap setahun kepergianmu. Aku hanya tau kamu masih selalu dekat denganku. Rasanya baru seminggu yang lalu kamu datang dengan kemeja biru favoritku. Saat matamu yang bercahaya belum berubah menjadi sendu. Masih terbuka lebar menatap dalam ke mataku. Rasanya baru kemarin saat senyuman indahmu mengembang, dan bibirmu mengecup keningku. Dan yang jelas, baru saja semalam kamu hadir lagi dihadapanku.

Sayang, tolong datang sekali lagi saja, setidaknya untukku sekejap memelukmu. Aku kangen kamu..

29 Januari 2012
Belahan hatimu yang tertinggal

Jumat, 27 Januari 2012

Sepenggal Kenangan Manis


Hai, seandainya kamu tahu, bahwa dulu aku pernah benar-benar jatuh cinta padamu. Memang saat itu bukan pertama kalinya aku jatuh cinta. Tapi tetap saja hatiku meledak-ledak. Rasanya seperti ada ombak yang berdebur kencang di sana.

Saat itu, setiap kali aku melihat kamu, setiap kali kamu bicara padaku, setiap kali kamu tersenyum, rasanya ada yang berdesir hangat di dalam dada. Dan setiap kali mata kamu menatapku, rasanya mata itu menembus ke dalam diriku, dan menguasai seluruh hatiku. Kalau sudah begitu, rasanya aku begitu ingin ditelan bumi. Karena aku bingung bagaimana caranya menyembunyikan wajahku yang sedang merah padam.

Duh, lalu kamu senyum lagi. Rasanya wajahku panas sekali. Belum lagi kupingku ikut panas. Lantaran kawan-kawan di sekitar kita sepertinya lebih dulu membaca rasaku padamu. Lalu turut meramaikan dengan senyum penuh arti, dan aneka sorakan.

Aku sering bertanya-tanya, bagaimana dengan kamu? Apa yang kamu rasakan atau pikirkan tentangku. Saat aku mencoba memberanikan diri untuk melihatmu, ternyata kamu masih bertahan dengan senyummu yang memikat itu. Bahkan senyuman kamu itu semakin lebar. Ah, jangan-jangan kamu hanya ngerjain aku.

Kamu ingat hari terakhir kita sekelas? Hari itu aku mengenakan baju pink. Saat itu kita sedang diskusi kelompok, jarak kita terpisah seluas lebar ruangan. Aku menangkap tatapanmu beberapa kali menemuiku. Tentu saja saat itu aku juga sedang curi-curi pandang kepadamu. Seorang kawan di sebelahmu memanggilku, mengomentariku yang mengenakan baju berwarna cerah. Tiba-tiba keluar suara dari mulutmu, hanya dua kata: “Lebih manis.” Dan kamu berhasil membuat satu ruangan rusuh menyoraki kita.

Lalu seminggu masa kebersamaan kitapun habis, seiring dengan berakhirnya saat-saatku bisa memandangmu dan merasakanmu dari dekat. Kita menjadi jarang bertemu, meski aku masih sering ke fakultasmu untuk makan di kantinnya. Tak sekedar makan memang, karena berharap bisa bertemu denganmu lagi.

Satu saat akhirnya kita bertemu. Lalu tiba-tiba kamu bilang kamu kangen padaku. Aku hanya terdiam, bertahan dengan gengsi, dan tak menanggapi. Tapi diam-diam hatiku bersemi, meski pikirku melarangku untuk berharap terlalu besar.

Hampir tujuh tahun sejak pertama kali kita bertemu, dan kamu menggoreskan warna dalam hidupku. Aku sudah berjalan dengan hidupku, kamu pun begitu. Kita tetap berteman, ya, kita berakhir hanya sebagai teman. Saat akhirnya aku memutuskan menjalin hubungan dengan seorang pria, kamupun akhirnya menjalin hubungan dengan perempuan yang saat ini telah kaunikahi.

Hanya saja, rasanya tetap menyenangkan mengenang keluguan, kelucuan, dan ketulusan yang dulu pernah ada. Jatuh cinta memang selalu indah, meski kita sudah berkali-kali merasakannya. Terima kasih untuk menggoreskan warna-warna indah dalam hidupku.

28 Januari 2012
Aku yang tiba-tiba menemukan puisi yang kubuat untukmu dulu

Rabu, 25 Januari 2012

Tiba Tiba


Hai!
Belakangan ini, kamu menjadi berarti lebih dari biasanya. Kamu hadir di benaku dua kali lebih sering dari biasanya. Membuat jempolku berhenti setiap akun twitter mu muncul di timelineku. Menarik syaraf-syaraf mata dan pikirku untuk menyimak dengan seksama kalimat-kalimatmu. Bahkan kadang menganalisis.

Kita saling kenal sebenarnya sudah lama. Lebih dari empat tahun kurasa. Meski saat itu hanya sebatas nama. Aku tahu kamu, begitupun sebaliknya. Tak lebih, tanpa sapa, apalagi perbincangan. Lalu kita mengenal lebih dari nama tiga tahun berikutnya. Masih biasa saja. Ok, aku akui, aku memang mengagumimu, sebatas itu, tak lebih.

Lalu mengapa malam-malam belakangan namamu menjadi begitu sering hadir ketika aku sedang sendirian. Mengapa satu dua kalimatmu yang kubaca tiba-tiba menjadi begitu berpengaruh pada suasana hatiku. Kadang aku senang, namun lebih sering senewen. Ah, jangan-jangan senewen itu karena cemburu. Yang jelas, setiap melihatmu di linimasa, aku merasa berbahaya.

Hai.
Aku tak pernah menyangka rasa apa yang datang tiba-tiba. Seperti aku juga tak mampu menerka apa yang ada di dalam benak dan pikiranmu tentangku. Aku tak ingin menebak gelisah ini akan berujung kemana. Aku hanya ingin menikmatinya. Itu saja.



26 Januari 2012

Selasa, 24 Januari 2012

Istimewa


Hai, apa kabar?
Kamu yang selalu datang sesekali, menyapa, bertanya, lalu pergi lagi. Terakhir, kamu bertanya tentang kesibukanku saat ini. Klise, seperti biasa. Tak ada yang istimewa, tak ada salam hangat, apalagi kalimat mesra.

Ingatkah kamu kapan pertama kali kita bertemu? Kira-kira empat tahun yang lalu. Kamu datang ke kampusku, urusan organisasi. Aku? Jangankan terpesona, melirikmu saja tidak. Saat itu aku  hanya berusaha menjadi tuan rumah yang baik, dan selebihnya sibuk membuat kajian dan perencanaan kegiatan.

Lalu kita bertemu lagi, di sebuah acara televisi. Kamu ingat? Kita terlambat saat itu. Aku dan kamu mengeluarkan pendapat berbeda. Dan entah berapa juta pemirsa menyaksikan perbedaan kita. Selesai acara, kita tak langsung pulang. Berbincang sebentar, aku, kamu, kawanku, dan kawan-kawanmu. Membahas sebuah kebijakan, yang kalian mau memantaunya, sementara kami masih mati-matian menolaknya. Tak puas berdiskusi, lantas kita bertukar nomor ponsel.

Tak membutuhkan waktu lama menunggumu menghubungiku. Kita ber-sms, diskusi tentang kampus sampai tentang kebijakan nasional. Selalu terselip pertanyaan apa kabar, serta sedikit detil basa basi, yang menghadirkan senyum di wajahku, dan desir hangat di hatiku. Manis, menyenangkan, namun tak pernah terlalu spesial.

Beberapa hari yang lalu, setelah satu tahun kau tak pernah menyapaku, tiba-tiba namamu muncul di list smsku. Singkat, hanya meminta pin BBMku, dan diakhir pesan, kamu tuliskan namamu. Seakan kamu berpikir aku tidak menyimpan nomormu di phonebook ku. Lalu request mu datang, diikuti dengan sapamu. Itu terakhir kali kita berbincang. Lewat layar kecil, bermodalkan papan qwerty. Percakapan biasa, tentang kesibukanku. Klise, tak istimewa.

Dalam hati aku bertanya entah kapan aku akan menemukan sapamu kembali. Tapi kapanpun kamu datang lagi, bolehkah aku meminta? Sedikit saja kata istimewa. Sedikit saja, agar aku merasa, kita, istimewa.

25 Januari 2012
Untukmu yang istimewa

Senin, 23 Januari 2012

Kota Sejuta Angkot


Hai Bogor. Apaka kabar?
Apakah kamu masih sejuk seperti dulu, ketika hujan sering turun, dan membuat rumput-rumputmu membasah indah. Sementara ketika hujan tak turun, kamu begitu terik. Lalu bertambah panas dengan angkutan umum berwarna hijau yang berseliweran memadati tubuh-tubuh jalananmu. Masihkah kamu menyediakan malam-malam indah? Dengan berbagai tempat makan murah meriah, dan yang teristimewa, tentu saja coklat panas di Taman Koleksimu. Sempurna, tak ada duanya.

Ah, kamu memang menyimpan banyak cerita untuku. Persahabatan, hingga cinta. Apakah kamu ingat ketika kami berkumpul bersama di awal sebuah kepengurusan? Mencoba saling mengenal. mengakrabkan diri, lalu saling menabrak dengan bom-bom car Taman Topi. Secara tak terencana kami masuk ke museum zoology. Kamu pasti ingat. Ketika beberapa dari kami merayu petugasnya untuk mendapatkan tiket murah. Karena kami hanya akan ke museum, tidak ke Kebun Raya. Tiket murah itu, akhirnya kami dapatkan dengan modal KTM (ups, sekarang jadi berasa curang, hehe). Lapar, kamipun berpindah ke Taman Kencana, saling bicara, juga bernyanyi lagu milik kami sendiri. Menikmati ayam bakar, sebelum akhirnya berlari-lari kecil karena titik-titik air mulai membasahimu. Hujan menuntun kami masuk ke kedai Makaronimu yang terkenal, berbagi menu andalannya, sambil menyeruput coklat panas.

Tahun berikutnya, aku kembali lagi, tak bosan-bosanya. Kali ini bersama kelompok lain, meski beberapa personel sama. Lagi-lagi saling tertawa menabrakan diri dengan bom-bom car. Lalu menuju rumah sahabat kami. Numpang makan siang, dan berbincang. Aku tak tahu pesona apa yang ada di dirimu, hingga membuat kami yang baru mengenal beberapa bulan, merasa cukup akrab untuk bercerita apa saja. Cita-cita, cinta, bahkan masalah keluarga. Beberapa kali aku menggigit bibir menahan tangis mendengar cerita mereka, juga ketika menceritakan ceritaku. Mereka, sahabat-sahabatku tak tahu. Tapi kamu tahu Bogor, kamu menyaksikannya.

Apakah kamu ingat satu hari di bulan puasa. Aku hampir kau buat menyerah. Ketika terikmu membakar ubun-ubun hingga tenggorokanku. Rasanya aku ingin memutus puasaku. Tapi tidak. Tuhan telah begitu baik memberikanku persahabatan yang indah, yang mengantarkanku menapaki terik panasmu. Hari itu, aku bersama seorang sahabat menuju kampus negeri terbesar yang kau miliki. Menghadap rektornya. Dan perjalanan tiga jam itupun, berbuah sebuah video tiga menit. Sang rektor, ayah dari sahabat kami, memberikan tiga menit pesan kesan untuk anaknya yang akan berulang tahun.

Wahai Bogor, setiap perjalananku dengan kereta, selalu menumbuhkan berbagai kenangan, jauh sebelum sampai menyentuh bumimu. Pernah aku berdesak-desakan dengan rombongan orang-orang berjubah putih dan berpeci yang jumlahnya ribuan. Pernah aku berdiri tenang, tertawa bersama sahabat-sahabatku, berimajinasi panjang, dan geleng-geleng keheranan melihat sahabat kami belajar untuk ujian sambil berdiri di kereta. Pernah ada satu masa dimana aku menatap nanar perjalanan panjang. Merasa terpaksa menemuimu, di tengah patah hatiku yang belum sembuh. Karena kamu menyimpan kenangan yang mampu membuat lukaku terbuka kembali.

Ada masa dimana aku begitu mengagumimu, jatuh cinta padamu, dan terpikir untuk tinggal dalam buaianmu. Ingatkah kamu ketika aku menjelajahi beberapa sudutmu? Sebuah kampus, sebuah taman, sebuah museum, sebuah masjid, sebuah GOR bulu tangkis, sebuah pasar, dan sebuah rumah dalam satu hari. Saat itu aku sedang kasmaran. Kamu pasti menyaksikan betapa debar jantungku berdegup terlalu kencang. Betapa sering aku tersenyum dan pipiku memanas. Kamu adalah titik awal, dimana perasaanku yang sudah dua tahun kupendam, rasanya ingin menumpah keluar. Lalu kamu menjadi titik awal, dimana sebuah hubungan indah berjalan, dan tiba-tiba hancur berantakan. Teramat singkat, teramat brutal, bahkan sebelum aku sempat tersadar.

Tapi tentu saja, ceritaku tak berhenti sampai di situ. Begitupun kesaksianmu. Kamu lihat kan, betapa kuatnya aku. Saat  aku berjalan tanpa menunduk. Daguku kuangkat, senyumku mengembang. Aku memasuki hall salah satu hotelmu, berjalan mantap ke arah pelaminan, dan memberikannya selamat. Tersenyum, aku tahu aku tulus, dan aku baik-baik saja. Kamu, menyaksikan aku tumbuh menjadi dewasa, menjadi matang, dan lebih bijaksana.

Maka saat ini, kapanpun aku menapakimu. Aku siap menorehkan berbagai cerita yang baru. Menciptakan langkah ringan, penuh canda tawa. Memasuki Kedai murah, memesan nasi tim dan es teh manis. Menjelajah hingga sore, menyeruput coklat panas terenak sedunia. Menunggu malam bersama kawan-kawan, lalu makan mie kari domba.

Mungkin kamu bukan kota terhebat yang kupilih tuk berlabuh. Namun selalu ada cerita tentang cinta dan persahabatan setiap kali aku menyentuh sudut-sudutmu. Semoga kamu tak pernah bosan untuk menyaksikan dan menyimpan kisahku. Karena aku akan tetap sering mengunjungimu.

24 Januari 2012
Untuk kota sejuta angkot
Aku yang menitipkan jutaan kenangan padamu

Minggu, 22 Januari 2012

Kepada Bintang


*Aku sebut saja kamu bintang. Karena aku suka bintang, dan karena bintang menyimpan kenangan kita berdua.

Dear Bintang,
Semalam hujan turun dengan deras, berawal dari gerimis, lalu tiba-tiba melimpah ruah begitu saja. Seperti biasanya hujan tak pernah menyisakan sedikitpun bintang di langit. Lalu tiba-tiba aku ingat kamu, yang kehadiranmu selalu kurindu, yang sosokmu tak pernah tewujud di hadapanku, namun bayanganmu selalu kekal dalam benak, hati, dan pikirku.

Dear Bintang,
Saat itu, langit begitu cerah penuh bintang. Kamu menggenggam erat tanganku, memanggil namaku, hingga membuat wajahku berpaling menatap wajahmu. Aku masih ingat dengan jelas dan begitu nyata. Saat kamu menatap ke dalam mataku, sinar matamu tak hanya sampai ke mataku. Namun merasuk lebih dalam, jauh ke dalam setiap relung hatiku. Membuatku terpaku, tak bergerak. Membuat perhatianku terkunci hanya tertuju padamu. Lalu bibir kamu bergerak perlahan, mengucapkan sederetan kata yang membuatku lebih terpaku dari sebelumnya.

“Aku cinta kamu”
Katamu malam itu.
Dariku, tak ada kata. Hanya senyuman salah tingkah, dan wajahku yang terasa memanas, serta tubuhku yang melemas. Lalu katamu, kamu memintaku menunggumu. Karena kamu harus berlalu, entah untuk berapa waktu. Kamu hanya berjanji tak akan lama. Bagiku tak akan lama sungguh ukuran waktu yang absurd, dan ternyata berbuah penantian yang begitu panjang.

Dear Bintang,
Aku tak hendak menumpahkan kesedihan seperti langit yang tengah menangis deras malam ini. Aku tak peduli apakah hujan akan terus turun, langit akan terus gelap, atau bahkan sekalipun bintang tak pernah datang lagi. Surat ini adalah surat cinta untukmu. Kekasihku yang selalu ada meski tak nyata, yang selalu aku tunggu meski aku tau tanpa kepastian. Kamu cinta yang pernah hadir ke dalam hidupku. Kamu cinta yang akan tetap aku tunggu. Untukmu, surat ini tak akan pernah berisi keluh tentang sebuah penantian. Surat ini tak akan pernah menceritakan tentang keputus asaan. Surat ini akan selalu menjadi surat cinta. Cintaku yang menunggumu. Selamanya.

Bekasi, 23 Januari 2012
Aku yang merindukan Bintang

Sabtu, 21 Januari 2012

Cieeeee Lamaran

Untuk Dewi Maya Sari ga pake bakti (@zezebel_laut)

Hai Demaaaaaaa
Cieee, yang hari ini lamaran. Hari ini cerah ya Dem, semoga secerah hati lo yang lagi berbunga-bunga. Gimana perasaan lo? Deg-degan kah? tapi yang pasti seneng donk ya? Sorry ya Dem, jadinya gw ga bisa bantu-bantu ‘ngerapiin’ keluarganya Fikri. Sempet geli juga si, ngeliat bahasa lo . ‘Ngerapiin’ tu maksudnya apa Dem? Hahaha. Mudah-mudahan gw keburu ngeliat detik-detik lo mengiyakan ya Dem. Beneran ga mau pake cara ‘gadis desa’ yang sok-sok nunduk, mesam mesem, ngeremes-ngeremes kebaya, terus ngangguk pelan Dem? :p Tapi ga kebayang juga si lo begitu. Secara, lo lebih Betawi dari gw yang beneran keturunan Betawi.

Pas nulis surat ini, gw sambil ngebayangin, lo lagi ngapain ya? Semalem jam 11 aja, lo masih bbm gw, ngirimin alur acara hari ini, minta pendapat kalo-kalo ada yang kurang. Jangan sampe mata lo hari ini jadi mata panda ya. Ah, tapi lo kan jago make up. Pasti bisalah diakalin. Lo pake baju apa ya? Kebaya? Terus gimana duduknya ya? Gimana ekspresi lo pas kedua perwakilan keluarga mulai ngomong. Ihhhhh, penasaran pisan gw. hehe.

Selamat ya Dem. Semoga hari ini bisa jadi awal pijakan komitmen yang serius dan indah antara lo sama Fikri. Semoga acaranya lancar, menyenangkan, dan berkesan. Semoga kalian terus langgeng, tidak hanya sampai tanggal 2 Desember 2012 (itu tanggal nikahan lo kan?), tapi juga seterusnya sampai maut memisahkan kalian.

Huhu, gw mau ditinggal sama Dema. Hayolo Dem, berhubung temen-temen banyak yang secara usia lebih tua dewasa daripada lo, siap-siap ‘pelangkah’nya ya Dem. Sayang gw ga kebagian karna gw masih terlalu muda. Hahaha

Selamat bertegang dan berbahagia Dema sayanggggg

22 Januari 2012
Nisaa sayang Dema

Donor Darah Pertamaku

Untuk Mbak Valencia Mieke Randa (@justsilly)

Hai Mbak, Selamat pagi/siang/sore/malam
*tergantung waktu Mbak (mudah-mudahan) membaca surat ini.

Sebelumnya perkenalkan, namaku Nisaa. Aku ‘pengikut’ tweet-tweet Mbak belum lama, baru sejak Oktober 2011. Meski baru sebentar, banyak inspirasi yang aku dapatkan dari Mbak. Aku belajar tentang kecerdasan, ketulusan, dan konsistensi luar biasa dan wujud tindakan konkret dari sosok Mbak. Aku yakin, sudah banyak pujian, yang memang pantas Mbak dapatkan dari banyak orang lainnya. Namun dalam tulisan kali ini, izinkan aku untuk tidak membahas tentang kehebatan dan sosok Mbak yang luar biasa. Karena bagaimanapun aku berusaha, aku tidak akan mampu menyaingi para wartawan yang menulis tentang Mbak. Lagipula, aku justru takut kata-kata akan membatasi ungkapan kekagumanku. Karena sepertinya, apapun yang aku tuliskan, tidak akan cukup untuk menggambarkan kekagumanku pada Mbak.

Karena itu, mudah-mudahan Mbak tidak keberatan, kalau kali ini aku bercerita tentang pengalaman pertama aku donor darah. Seumur hidupku yang sudah berlangsung 24 tahun lebih dua bulan, aku mengalami lima kali pingsan. Empat dari lima peristiwa pingsan itu diakibatkan karena darah. Jadi, setiap aku melihat darah, sedikit saja mengalir dari tubuh aku, aku langsung pusing, dan pingsan. Pada kejadian pertama, aku tak sengaja memecahkan toples Mama. Kemudian tanganku terluka, aku berdiri untuk diobati oleh kakak. Tiba-tiba aku pingsan dan jatuh dengan posisi kepala persis menjatuhi pecahan toples, sehingga mendapatkan 3 jahitan di kepala. Belakangan, aku selalu bersiap-siap ketika berdarah. Begitu aku merasakan pusing, aku akan duduk, sehingga aku jarang pingsan lagi.

Namun, empat kejadian pingsan di masa lalu itu memberikanku pengertian yang salah. Aku pikir, aku tidak akan sanggup melakukan donor darah. Beberapak kali ada kegiatan donor darah di kampus aku dulu. Sebenarnya ada keinginan aku untuk ikut. Namun, aku selalu berpikir aku akan pingsan sejak tetes pertama darah keluar dari tubuhku.

Sampai akhirnya, aku bertemu dengan Mbak, meski hanya melalui dunia maya. Bulan Oktober yang lalu, aku berada di Jogja untuk menghadiri Pertemuan Nasional AIDS. Tiba-tiba salah satu peserta drop dan membutuhkan darah. Aku yang membantu teman menyebarkan info kebutuhan darah tersebut, disarankan untuk men-cc ke akun @bllod4lifeID, dan @justsilly. Alhamdulillah, delapan kantong darah berhasil didapatkan malam itu juga.

Sejak itu, aku yang langsung mem-follow akun Mbak dan @blood4lifeID, mendapatkan banyak informasi tentang donor darah. Tidak sekedar informasi mengenai kebutuhan transfusi, tetapi juga tentang pentingnya donor darah untuk menolong orang lain, bahkan manfaat bagi pendonor. Aku yang tertarik mulai browsing, dan sampai pada kesimpulan bahwa sebenarnya aku tak punya alasan apapun untuk merasa donor darah akan menyebabkan aku pingsan.

Kesempatanku untuk mendonor darah pun datang semalam. Berawal dari seorang kawan yang membutuhkan darah AB (+). Aku tak tahu dia sakit apa, yang aku tahu dia kekurangan trombosit, dan penyakitnya penyakit bawaan (gen). Dia harus mendapatkan transfusi trombosit berkali-kali, sejak dia masih SMA. Saat dia drop tubuhnya kejang-kejang, dan memar-memar. Kali ini, lagi-lagi aku meminta bantuan @blood4lifeID, dan mbak untuk menyebarkan informasi tentang kebutuhan temanku. Kami pun mendapatkan donor yang bersedia datang ke PMI, untuk diperiksa, lalu darahnya harus diproses untuk pemisahan trombosit sebelum didonorkan kepada temanku.

Sambil menunggu, aku berpikir inilah saatnya aku donor darah. Aku pun mengambil formulir dan mengisinya. Setelah mengisi aku sempat ragu. Namun seorang kawan menemaniku dan memutuskan untuk mendonorkan darahnya juga. Sampai di ruangan untuk periksa golongan darah, aku menyerahkan formulirku. Lagi-lagi aku merasa takut. Dinginnya ruangan membuat kepalaku pusing, dan dadaku berdegup lebih kencang.

Lalu Mbak tahu apa yang terjadi? Tiba-tiba saja bayangan wajah Mbak hadir ke benakku. Wajah Mbak yang kukenal sebatas avatar twitter. Dari mulai avatar Mbak dengan jampul katulampa, sampai avatar terakhir yang membuat Mbak terlihat berusia 17 tahun. Ajaib. Aku cukup menghembuskan nafas, lalu ketakutanku sirna, dan aku melangkah yakin ketika dipanggil ke ruang transfusi. Prosesnya pun lancar. Alih-alih pingsan, sepanjang transfusi aku malah cekikikan karena acara televisi yang disetel di ruang donor darah. Malah aku dapat pin lucu bertuliskan golongan darahku. Hehe.

Begitulah Mbak, pengalaman pertamaku donor darah, dengan latar belakangnya yang banyak dipengaruhi oleh Mbak. Semoga saja, aku bisa terus konsisten melakukan apa yang bisa aku lakukan agar bermanfaat, termasuk dengan cara donor darah.

Terima kasih ya Mbak, untuk semangat, untuk inspirasi, dan untuk pembelajaran yang luar biasa. Tidak hanya melalui BFL, tetapi juga melalui 3LA, dan kisah-kisah Mbak tentang Tissa, Nando, dan pejuang-pejuang hebat lainnya. Terima kasih untuk peduli, untuk cinta yang begitu besar, juga untuk berbagi kepedulian dan cinta itu.

 Aku sayang Mbak



Bekasi, 21 Januari 2012
Dinda Nuur Annisaa Yura

Ps: salam untuk anak-anakmu yang istimewa ya Mbak

Rabu, 18 Januari 2012

Pintaku Pada Sang Hujan



sumber gambar: http://www.fimadani.com


Hai Hujan,
Hari ini lagi-lagi kamu turun ke bumi dan menyaksikan ceritaku. Tentang dia yang tiba-tiba datang, dan aku yang menerima tanpa persiapan. Ah, meski dengan persiapan, aku tak yakin diriku bisa siap berhadapan dengannya.

Banyak kata rindu yang tersimpan untuknya. Mengendap dalam benakku, menunggu kesempatan untuk diungkapkan. Namun ketika sosoknya muncul, jutaan kata itu, tetap tertahan. Mereka berhasil mengalir di setiap syaraf dan nadiku. Namun terhenti di kerongkonganku, malah mengunci bibirku. Maka ketika mulutku berhasil terbuka, yang keluar hanya tegur sapa biasa. Lalu aku biarkan dia kembali berlalu. Kehadiran yang singkat, secepat kemunculnnya di hadapanku.

Hai Hujan,
Tolong tanyakan pada bulir-bulirmu di sepanjang perjalanannya. Apakah dia kedinginan? Apakah dia memarkir sepeda motornya untuk berteduh? Atau apakah dia sudah sampai di rumahnya yang hangat?

Kalau boleh, tolong perhatikan wajahnya untuku. Apakah dia sedang tersenyum? Seperti bibirku yng tak mau berhenti tersenyum sejak bertemu dengannya. Kalau bisa, tolong intip pikirnya untuku. Apa yang sedang dia pikirkan? Pekerjaannyakah? Keluarganyakah? Apakah ada sedikit saja namaku di sana?

Hai Hujan, kalaupun kamu tak bisa memenuhi semua keinginanku, setidaknya lakukan satu saja pintaku.

Hujan,
Tolong jaga dia ya..


19 Januari 2012
Gadis Pencinta Hujan

Di Sudut Sebuah Ruangan

Di sebuah kantor,
Ketika mentari sudah tenggelam dengan sempurna.
Ketika kesibukan dan rutinitas masih berjalan cepat
Hingga tak sadar,

Di sudut sebuah ruangannya
Ada jiwa yang bergejolak kencang
Ada senyum yang tak sengaja terkembang
Ada hati yang menghangat
Dan wajah yang memanas

Tak Hingga


Kalau cinta itu bilangan matematika,
Riduku padamu sebesar semua bilangan dibagi 0 (nol)

Selasa, 17 Januari 2012

Meluap-luap


Hujan saat ini mengingatkanku pada cinta yang meluap-luap.
Tak tertahankan, kemudian tumpah menjadi banjir air mata

Hai Cinta

18 Januari 2012

Hai!
Hari ini kamu pakai baju hitam, kontras dengan kulitmu yang putih, membuatmu lebih bercahaya. Walau setiap hari untuku kamu selalu bercahaya. Seperti biasanya, kamu tersenyum manis sekali, tak hanya membekas di benaku, tapi juga menyebabkan sebuah gejolak kecil, jauh di relung hatiku. Aku hanya membalas senyummu, berpaling, dan segera berlalu. Takut kau menyaksikan rona merah di pipiku yang kurasa memanas.

Hai!
Aku mengenalmu baru sebentar. Sekitar satu tahun, mungkin lebih beberapa hari. Tidak ada yang terlalu istimewa dari sikapmu. Kamu selalu memperlakukanku dengan baik, sama seperti kamu baik kepada semua orang. Hanya saja, aku merasa nyaman di dekatmu. Melihat matamu yang memiliki sinar. Seperti lilin, yang ditiup angin kecil. Bergoyang meliar, namun tidak pernah padam.

Hai!
Aku merasakan sensasi yang tak biasa ketika ada di dekatmu. Ah, jangankan karena melihatmu, mendengar namamu saja, syaraf-syarafku rasanya menegang, dan menjadi seribu kali lebih sensitif. Aku tak tahu rasa apa yang membuatku begitu. Tapi kupikir biar sajalah, aku hanya ingin menikmati rasa yang menyenangkan ini. Bertegur sapa denganmu setiap hari, berbincang lewat jendela aplikasi chatting, melemparkan senyum setiap bertemu. Aku bahkan tak peduli, kemana ‘kamu dan aku’ akan berujung. 

Sampai suatu hari, seorang kawan bertanya
"Lo kalo lagi jatuh cinta gimana si?"
Aku hanya terdiam, mengangkat bahuku perlahan.
Lalu dia meneruskan:

"Apakah cinta itu tentang membayangkan seseorang setiap hari setiap jam setiap menit setiap detik?"

Itu kamu

"Apakah cinta itu tentang apapun yg dia bilang terasa benar?" 

Itu kamu

"Apakah cinta tentang menunggu saat2 untuk bertemu, dan selalu mencari kesempatan u/ berdekatan lebih lama?"

Itu kamu

"Apakah cinta tentang mencari banyak alasan, untuk hanya sekedar menyapa?" 

Itu kamu

Jadi,,,
Mulai saat ini, biarkan aku menyapa dengan

Hai Cinta!


-aku yang menyadari sedang jatuh cinta-

Senin, 16 Januari 2012

Sebagai Arief





sumber foto: http://hot.detik.com


Dear Arief Muhammad, ( @poconggg )

Saat menulis surat ini, aku membayangkan ribuan bahkan jutaan jemari lainnya sedang menulis surat cinta untuk orang yang sama, untukmu. Aku tak tahu seberapa besar atau seberapa kecil, kemungkinan kamu akan membaca suratku, yang kemungkinan besar 'terserak' di antara ribuan surat lainnya, yang disampaikan oleh para tukang pos untukmu. Kamu adalah sosok yang selama ini tidak saja 'menghantui,' namun juga menjadi influencer  bagi banyak orang. Aku membayangkan, hari ini TL mu akan dipenuhi mention dari para tukang pos yang mengantarkan surat cinta untukmu. Maka aku pasti harus bersaing mati-matian, sekedar agar kamu sudi untuk membaca surat ini.

Dear Arief,
Aku memang bukanlah follower sejatimu. Aku tidak termasuk di antara mereka yang datang ke mall, membawa selembar kertas bertuliskan akun twitter, dan melakukan apa yang kamu minta. Aku hadir sebagai follower mu, bahkan masih baru, ketika kamu tak lagi anonim. Ketika kamu hadir tidak sebagai poconggg, tapi sebagai Arief Muhammad.

Dear Arief,
Malam itu tak biasanya aku pulang ke rumah sebelum larut. Aku menonton televisi, dan tak sengaja menyaksikan sebuah tayangan, yg kini tak pernah kutonton lagi sejak kamu tak disitu. Saat itulah aku melihatmu.


Rambutmu yang keriting lucu, sikapmu yang terlihat masih sedikit canggung. Kontras dengan matamu yang begitu tajam, dan suaramu yang mengeluarkan kalimat-kalimat menusuk, membuat bintang tamumu tak sanggup berbicara, dan membuatku, serta mungkin jutaan penonton lainnya, nyengir, istighfar, dan kemudian tertawa.

Dear Arief,
Saat itu aku jatuh cinta. Aku yang jarang memfollow selebtweet, langsung membuka profilmu di twitter, dan meng-klik follow. Sejak itu, aku melakukan berbagai upa daya, agar setidaknya kamu tahu aku ada. Berkali aku me-mention mu, berharap sekedar berbuah reply. Namun rupanya, jatuh cintaku hanya boleh bertepuk sebelah tangan.

Tapi surat ini surat cinta. Aku tak hendak mengobral patah hatiku. Karena hingga kini, aku masih setia menyimpan seraut wajah dengan mata tajam dan senyum datar. Meski rasaku, mungkin hanya bisa kusalurkan dalam bentuk doa dan harapan. Agar kamu, selalu bahagia, dan meraih kesuksesan.







17 Januari 2012


Untukmu, Arief Muhammad,





-Aku yang ingin mengenalmu sebagai Arief-

Ps: semangat skripsinya ya :) (maaf klise)
oh iya, aku juga baca buku, dan nonton film poconggg juga pocong. Ditunggu karya-karya selanjutnya.

Tak Pernah Tau

Aku tak pernah tau, bahwa jatuh cinta itu terlalu mudah. semudah menjabat tanganmu yang hangat, lalu aku jatuh cinta.

Aku tak pernah tau bahwa melupakanmu begitu sulit.
Setengah mati menahan jemariku agar tidak menyapamu di YM
Setengah mati menahan bibirku untuk tak tersenyum terlalu manis untukmu
Setengah mati menggerakan kakiku untuk segera melangkah berlalu darimu
Setengah mati menahan syaraf-syarafku untuk tidak bereaksi setiap kali mendengar namamu disebut
Setengah mati menahan anganku agar tak berkelana memikirkanmu

Aku tak pernah tau, bahwa yang kuduga seringkali hanyalah sebuah penyangkalan tak berdasar. Seperti aku yang mengira sudah berhasil menanggalkanmu dari hatiku, namun tak kusangka, air mataku masih bisa menetes karnamu.

How Can I'm Not Love (all of) You?


Masih ingatkah?
Sebelum BBM mewarnai hari-hari kita, maka ada sedikit pulsa yang kalian sisihkan, untuk perhatian yang begitu besar, melalu SMS-SMS ini.

Kekhawatiran tak menjadikan bahayanya membesar, hanya dirimu yang mengerdil. Tenanglah, semata karna Allah bersamamu. Maka, tugasmu hanya berikhtiar dn di sana pahala surge menantimu, karena.. ‘barang siapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan jalannya menuju surga” (HR Muslim). Semangat ya mapres \(^_^)/
- Winda, 14/04.09, 7.51- 

Maka jika engkau telah bertekad,laksanakanlah, sambil berserah diri kepada Allah (QS 3:159)SEMANGAT NISAA.. KAMU PASTI BISA!!!LANJUTKAN!!!Loh?!Hehehe,
-Wilis 14/04/09, 11.32-

Nis, Semangat Buat presentasi mapres ya,
-Jahen, 14/04/09, 14.15-

Nis, semngat ya buat presentasi Mapres!gudlak n suxes y!lo pasti bisa!
–Alam, 14/04/09, 15.27-

Aslm, nisa, gimana tadi jadi penyanggahnya?Maaf ga nonton.. Besok InsyaAllah datang. Semangat ya Bu!
–Eva, 15/04/09, 17.48-

Sa..Semangat yaa mapresnya!! Gw yakin lo bisa nunjukkin yang terbaik! Salam cihuy.
–Cihuy, 16/04/09, 06.51-

SEMANGAT NISAA..KAMU PASTI BISA!!!LANJUTKAN..SEMAKIN CEPAT SEMAKIN BAIK,
-Wilis, 16/04/09, 13.56-

Asl. Pusgerak. Terima kasih untuk hari ini. Timbul yang luar biasa. Semoga lewat timbul ini, kita bisa saling kenal sehingga menunjang segala amanah di bem. Tetep semangat. Kita punya 200 hari lagi.
–Imad, (ga kecatet waktunya :p )-

Kehidupan adalah saat dimana engkau merasakan semua, sedih, senang, muak, dll. Namun pahamilah, semua adalah proses bagi kita menuju kedewasaan dan kebijaksanaan. Bekal untuk mencapai tujuan akhir kita yaitu untuk sebesar2 nya Ridha Allah SWT. Selamat beristirahat, semoga esok adalah hari yang lebih baik bagi kita semua. Amin. Semangat, kawan!
–Eva, 27/04/09, 00.25-

Kesuksesan seseorang bukanlah diukur dari banyaknya harta yang dapat dikumpulkannya dari hari ke hari. Ataupun ketenaran yang menjulang yang diusahakannya setiap saat. Tetapi kesuksesan seseorang diukur dari berapa besar dia telah melakukan kebaikan dan bermanfaat kepada orang lain dalam hidupnya setiap waktu, dimanapun dia berada.,
-Wilis, 01/05/09, 09.13,-

Cuma mau bilang gw sangat bersyukur bisa beraktivitas bareng tim hebat yang isinya orang2 hebat seperti temen2. Ini bukan retorika..  mudah2an Allahjadikan kita orang2 yang mampu memperbaiki diri dan bermanfaat bagi kehidupan ini.. mohon maaf atas segala khilaf, semoga Allah memudahkan langkah kita. Amien..
SELAMAT & SEMANGAT buat UASnya serta SUKSES bwt yang lagi skripsi juga coasnya =)
–Wilis, (ga kecatet waktunya, hehe)-

Mungkin malam ini ada yang lagi sibuk buka2 buku dan menandai catatannya. Telfon temen2 utk nyari2 bahan ujian akhir, fesbukan, main games di kamarnya, atau bahkan lagi tidur karna kecapean belajar.. apapun itu, Cuma mau bilang, selamat melewati esok hari dengan segala aktifitasnya. Semoga esok adalah hari yang lebih b aik untuk kita semua. Amin,
-Eva, 17/05/09, 22.15-

Guys gw bukannya latah. Tpi gw juga merasa harus ngucapin selamat pacaran ama buku2 dan hubungan intim dengan uasnya bisa sukses. Smoga hasilnya max. bwat yang skripsi dan koas jaga kesehatan dan tetap semangat. Haha,
-Jahen, 18/05/09, 09.59-

*Keterangan
Jadi, sms-sms di atas adalah sms beberapa sahabat gw di Pusgerak 2009 beberapa tahun yang lalu. Suatu hari gw ngebuka-buka folder lama gw dan nemuin satu file yang memuat sms-sms ini. Rasanya menyenangkan, mengingat betapa kami saling menyemangati, tidak hanya dulu, namun sampai sekarang :)

Kepada Jalanan


sumber gambar: http://metro.vivanews.com

Kepada jalanan yang setiap hari kutapaki. Apakah kamu menghitung berapa kali kaki ini menginjak tubuhmu. Kadang dengan sandal jepit, kadang sepatu karet, kadang sedikit heel yang tak terlalu tinggi?

Apakah kamu mencatat berapa kali aku berjalan tergesa-gesa, berapa kali aku berjalan santai, atau lari-lari kecil sambil tersenyum, dengan wajah menantang hujan?

Apakah kamu sadar berapa kali aku berjalan dengan bibirku yang cemberut, berapa kali aku berjalan dengan senyum yang tak bisa kutahan, atau berapa kali aku berjalan menunduk, setengah mati menahan air mata yang ngotot ingin meluncur?

Kamu tahu, bahwa banyak yang tersimpan di hati, yang tak mampu kuungkapkan pada siapapun. Tidak pada sahabat-sahabatku, tidak pada orang tuaku, tidak pada teman-temanku. Tapi kamu, yang menyaksikanku berjalan setiap hari, justru tahu lebih banyak dibandingkan siapapun di dunia ini.

Kepadamu yang setiap hari kuinjak-injak, aku menitipkan jutaan kisahku tuk kau simpan. meski kau hanya diam, biarlah kau menjadi saksi bisu, yang lebih tahu, dibandingkan siapapun di dunia ini.

Jakarta, 16 Januari 2011
Aku yang berusaha lebih banyak menggunakan sandal jepit, agar tidak terlalu menyakitimu ;)

Minggu, 15 Januari 2012

Sahabat Baik

Aku mengenalnya dari teduh mata itu, yang setiap kali menatapku selalu menghadirkan sensasi ketenangan luar biasa.

Ya dia, seorang lelaki yang berhasil menyentuh hatiku, membuatku mampu berkorban, dan berjuang, mati-matian untuk mempertahankannya ada di sampingku.

Aku tak pernah ingat kapan kami bertemu, kapan kami saling tertarik, atau kapan kami saling jatuh cinta. yang aku tahu, dia sudah sekian lama di sampingku, menyertaiku dalam setiap kebimbangan, dan membayangi langkahku dengan langkahnya yang besar.

Aku yang tak terkendali, sering meracau asal jadi, jarang memperhatikan apalagi memfilter konten omonganku. berbicara semauku, mengeluh, menuntut. nadaku penuh gelisah, penuh kekhawatiran, ketakutan, bahkan keputusasaan.

Lalu dia yang begitu tenang, mendengarkan dengan baik setiap kata yang kuucapkan, tak menyela hanya mendengarkan. dia menungguku sampai selesai, menghembuskan nafas, tersenyum, lalu melontarkan satu dua kalimat sederhana.

Ajaib, gelisahku, khawatirku, ketakutanku, keputusasaanku, musnah. dia memberikanku keyakinan yang luar biasa, menghadirkan keberanian untuk melangkah dengan mantap. Dia, hingga kini baru dia yang mampu begitu.

Lalu dari dia aku belajar tentang kehilangan, aku belajar rasanya sesak karna menangis setiap malam, dan aku belajar bahwa waktu memang akan menyembuhkan. maka apapun yang telah terjadi, dia tetap menjadi bagian manis di hidupku. yang hingga kini, ternyata aku tak pernah kehilangannya. dia tetap miliku, sahabatku.

Untuknya, aku hanya ingin berkata tulus. tanpa maksud, tanpa pamrih, dan yang pasti tanpa penyesalan.

Terima kasih, sahabat baik :)

Sama2 Sa, tu kbrhasilan lw qo krn dah mngalahkan ego sndiri, gw cum prantara dr Allah,buat nnjukin bhwa lw bs..sa, klo lw mau lbih bka mata lw, potensi lw gde bgt..tp tu g da artinya tnpa kmptisi atau sllu tkt buat cri tntngan bru..prbahan tu mank dr hal kcil tp hrs brthap mnjdi bsr..dan cbaan/bntuk test dr ALLAH buat keimanan qta g kan da cbaan yg lbh brt dr kmmpuan qt..g sulit nyri org mles di negri ni, tp sygnya negri ni trlalu bsr bwt org2 kya gtu..gud luck!
- dia, 17 April 2009, 02.13- 

Bukan Pilihan




16 Januari 2012

Teruntuk Evana Dewi
Hai Va, surat cinta ini gw tulis khusus buat elo .Ga usah Tanya kenapa ya, karna gw juga ga tau kenapa. :p Dan serius, ini bukan gombal. Karena segombal apapun gw, gw ga akan memilih Eva untuk digombalin. Ga akan mempan, karena Eva sama gombalnya. ;)

Gw ga inget kapan pertama kali ketemu sama lo, kapan akhirnya mulai memutuskan untuk bersahabat sama lo. Karna dari lo gw justru belajar bahwa sahabat tu ga memilih, sahabat tu ga memutuskan atau diputuskan. Dari awal gw ga pernah milih lo untuk jadi sahabat gw, begitupun gw yakin elo juga ga memilih gw untuk jadi sahabat gw.

Mungkin kesamaan minat yang membuat kita dekat. Saat kita masih berstatus mahasiswa baru dulu, dan akhirnya memilih untuk menjadi staff kemanan di Baksos angkatan kita. Atau kita yang sama-sama memilih masuk LK2, terus kita sama-sama jadi panitia keamanan di Gathering Night LK2. Dan pilihan-pilihan yang sama itu berlanjut terus, dari mulai Humas Serambi, sampai akhirnya Pusgerak BEM UI.

Elo dan gw memang memilih untuk jadi staff keamanan, masuk LK2, humas Serambi (juga mentoring dan liqo di kelompok yang sama), juga menjadi anggota Pusgerak. Tapi elo dan gw ga pernah saling memilih untuk menjadi sahabat.

Buat gw, Eva adalah orang yang ga pernah ngeluh, selalu kerja dengan konkret, tulus dan total, dan menjalankan tanggung jawab dengan baik dan tepat. Dulu gw suka iri sama lo Va. Semua kerjaan yang lo kerjain pasti beres. Kayaknya ga ada yang ga bisa lo lakukan. Tapi keirian gw memberikan gw semangat untuk lebih produktif. Walau gw ga akan pernah bisa menyamai elo.



Sahabat memang tak pernah memilih, tapi semua apa yang terjadi antara gw sama lo, bukan sekedar tentang pilihan-pilihan aktivitas dan organisasi yang sama. Juga bukan sekedar tentang pembelajaran dan semangat Eva yang mengajarkan gw untuk senantiasa lebih konkret.

Gw mendapatkan seseorang yang selalu sabar ngedengerin gw, sebodoh atau sekonyol apapun kisah yang gw ceritain ke elo. Tapi gw juga mendapatkan seseorang yang selalu menyadarkan gw, mengingatkan kegilaan gw, dan selalu menjaga gw agar tetap waras.

Sudah tak terhitung berapa kalimat Eva yang selalu ngemangatin gw, baik di ungkapkan langsung, melalui sms, bbm, maupun media-media komunikasi lainnya (beberapa sms Eva yang lama masih tersimpan lho). Sudah tak terhitung berapa kali Eva yang penuh perhatian, langsung meluncur buat nemuin gw, karna tau gw lagi ‘kenapa-kenapa.’ Sudah tak terhitung berapa banyak waktu yang kita habiskan, meracau random, sambil menikmati lelehan cheesecake di mulut kita.

Sepanjang perjalanan, Eva ga pernah mengeluh. Eva banyak mengalah dan selalu mengutamakan kepentingan orang lain. Itu yang membuat gw belajar banyak tentang arti persahabatan. Tentang bagaimana selalu ada ketika dibutuhkan, tentang bagaimana sebuah kalimat sederhana bisa membalikan suasana secara signifikan, tentang betapa kehadiran seorang sahabat bisa mengubah perasaan yang jengah, sedih, bahkan marah, menjadi rasa tawa, dan yang terpenting lega.

Va,  apapun yang terjadi kemarin, dan hari ini, sudah lebih dari cukup untuk menunjukan ketulusan seorang sahabat yang selalu Eva berikan ke gw. Banyak semangat, kebaikan, dan perhatian yang Eva kasih ke gw. sama banyaknya dengan kemarahan, kekesalan, dan ke-geregetan yang sangat wajar keluar dari seorang sahabat saat menghadapi ketidakwarasan gw.

Bahkan ketika gw ngerasa sedih, karna sesuatu yang kalo gw dengerin Eva, gw ga akan ngalamin kesedihan itu, Eva ga pernah menyalahkan gw. Walau Eva sudah mengingatkan gw jauh sebelumnya.
Dan apapun yang terjadi esok dan kapanpun, ga ada keraguan bahwa Eva tetap akan jadi sahabat yang terbaik buat gw. Meskipun,, (fiuhh, berat ngomongnya), Sekalipun Eva harus tinggal jauh dari gw, gw yakin persahabatan kita sudah teruji, untuk yakin bahwa kita akan bertahan.

Apapun yang terjadi Va, gw Cuma mau berdoa yang terbaik buat Eva. Gw pengen Eva ngerasa bahagia. Gw pengen Eva mendapatkan laki-laki yang tepat, yang layak untuk Eva :p. Karena memang Eva selalu jadi yang terbaik dan pantas mendapatkan yang terbaik. Dan yang terpenting gw pengen, selalu bisa jadi sahabat yang baik buat Eva, seperti Eva yang selalu jadi sahabat yang terbaik buat gw.

Va, mungkin tanpa surat ini, kita sudah sama-sama paham tentang cinta dan persahabatan yang kita punya. Tapi kadang mengungkapkan perasaan lewat kata-kata itu butuh effort tersendiri, dang w mau buktiin kalo gw bersedia berusaha buat Eva. 

Nisaa sayang Eva J

ps: gw bahkan rela menampilkan punggung gw yang berlemak demi memosting foto kece kita berdua :p



Sabtu, 14 Januari 2012

Lelaki Kesayangan


15 Januari 2012

Aku sayang sama Mas

Aku pikir kalimat di atas adalah kalimat yang paling pas untuk mengawali surat ini. Karena memang surat ini aku buat Cuma untuk mengungkapkan bahwa aku sayang banget sama Mas Puji.
Inget ga dulu kalo aku dimusuhin sama temen-temenku. Mas dateng ke sekolahku nongkrongin mereka. Dan seingetku mas dateng ga Cuma satu kali. Terus waktu rambut aku dikenain permen karet. Mas nyamperin pelakunya dan marahin dia abis-abisan, karena aku pulang dalam keadaan mengangis waktu itu. Juga betapa marahnya aku waktu anak-anak kampung nyorakin Mas, ngatain Mas Boim.

Aku sayang Mas, meskipun dari dulu Mas nyebelin. Inget ga kalo setiap hari Mas selalu bikin aku nangis. Setiap hari Mas elalu datang ke kamarku, bilang bahwa hari itu aku belum nangis, lalu menggodaku habis-habisan sampai akhirnya, aku nangis. Atau waktu aku mulai deket sama cowok, selalu aja Mas komentar nyebelin, dari mulai kok tu cowok mau sama aku lah, sampe nuduh cowok itu ga normal. Atau kebawelan 
Mas, soal profesiku. Ngomporin Mama lah bilang nanti aku ga kawin kalo terus-terusan kerja di LSM feminis, ngomel soal kebiasaan pulang malamku lah, atau ngomentarin bajukulah. Pokonya nyebelin.

Tapi senyebelin apapun Mas, Mas Puji tetap kakak laki-laki terbaik buat aku. Bukan karena Mas emang satu-satunya kakak laki-lakiku, tapi karena buat aku, selama ini Mas udah melakukan apa yang dilakukan oleh kakak laki-laki terbaik di dunia.

Apapun yang terjadi dalam perjalanan kita dan relasi kita sebagai kakak adik, sudah menghadirkan sayang yang teramat sangat dalam diri aku buat Mas. Dan sayang itu ga pernah berubah, apalagi berkurang. Sekarang pun demikian.

Dan aku bener-bener ga tau apa yang terjadi pada kita sekarang Mas. Aku bingung. Aku sedih banget. Rasanya waktu aku ulang tahun, ketika ada banyak orang yang ngasih aku ucapan selamat, tapi rasanya pasti ada yang kurang. Karena Mas ga ngasih ucapan selamat. Kalaupun di tahun-tahun sebelumnya Mas lupa, tapi kali ini rasanya lain Mas. Dan aku bener-bener sedih karena itu. Rasanya sakit. Dan waktu tadi kita ketemu di supermarket, mungkin Mas ga tau betapa rasanya aku pengen meluk Mas. Karena aku kangen banget, dan aku sayang banget sama Mas.

Tapi mungkin aku memang pengecut. Toh sekarang aja aku Cuma bisa ngomong melalui surat. Tapi aku sama sekali ga mau terus-terusan kayak gini. Bukan soal slgogan ‘keluarga utuh’, atau ‘keluarga kompak. Simply karena aku sayang sama Mas, itu  aja.

Aku minta maaf, kalo selama ini mas berpikiran aku ga peduli, atau apa. Juga minta maaf atas kepengecutanku yang selama ini Cuma bisa diem aja. Maaf Mas, Maaf banget.. aku sayang banget sama Mas Puji.

Semoga Mas selalu dalam limpahan kebaikan dan kasih sayang Allah
Adikmu satu-satunya

Jumat, 13 Januari 2012

Pelukan di Setiap Pagi


14 Januari 2012

Hai Ma,
Pagiku kembali indah. Ketika aku bangun, lalu langung menuju kamarmu. Memelukmu yang masih tertidur, membuatmu bangun, lalu kau balas memeluku dan memberikanku belaian di kepala. Lalu Mama menatapku sejenak, tersenyum, dan menyuruhku mandi.
Entah pagi ini sudah menjadi pagi yang keberapa, pelukan Mama selalu menjadi kekuatanku mengawali hari. Merasakan menjadi gadis kecil kesayangan Mama. Tak peduli bahwa sekarang tubuhku sudah melebihi besar tubuhmu.

Hari ini, usiaku tak kurang dari 26 tahun. Sudah 26 tahun sejak Mama yang saat itu berusia 39 tahun berjuang melahirkanku. Rambut mama sudah memutih, keriput-keriput kecil tampak di sudut mata Mama. Tapi kekuatan dari setiap jengkal tubuh Mama tak pernah berkurang sedikitpun. Kekuatan yang selalu Mama bagi untuku, melalui pelukan. Kekuatan  yang senantiasa menguatkanku.

Mama, aku tahu, kekuatan yang begitu besar berasal dari cinta yang kaumiliki. Cinta yang indah, cinta yang besar-besaran kau sebarkan kepadaku, cinta yang mengajarkanku tentang cinta kasih, dan membuatku mencintai setiap makhluk-Nya, dengan cinta yang indah, seindah cintamu.

Mama, hari ini di dalam pelukmu, gadismu yang tak lagi kecil kembali meminta perlindunganmu, kembali meminta kekuatanmu. Gadismu ini hendak meminta cintamu, cintamu dalam bentuk restu seorang Ibu, untuku melangkah menapaki hidup tuk mengikuti jalanmu.

Mama, cintamu yang mengajarkanku untuk mencinta, memilih seorang pria tuk kucintai seumur hidupku. Maka pagi ini di dalam pelukanmu, aku memohon izin padamu. Untuk memeluk pria itu dan putra putrid kecil kami kelak, setiap pagi, setiap hari. Seperti Mama memeluku..

Dengan Cinta
Dnay Nisaa

Memulai



Aku memulai dengan membiarkan jemariku memilih huruf-huruf di keyboard netbook ku semau hati. Blog ini tadinya kosong, namun tak kuhapus, karena mungkin satu saat aku akan membutuhkannya.

Yup, ternyata aku memang membutuhkannya.
Karena aku butuh bicara tentang cinta.
Blog ku yang lain terlalu serius untuk selalu membicarakan cinta. biar saja dia bertutur tentang pengalaman hiidup, tentang proses perjalananku dengan pilihan hidup sebagai pekerja sosial yang aku jalani. Bahkan kadang dia bertutur tentang persoalan hukum, politik, sosial, dan hak asasi manusia.

 Mari kita tersenyum sejenak, melepaskan segala energi dan kerutan di kening. lalu menikmati sebuah rasa yang istimewa, rasa yang universal, rasa yang dimiliki oleh siapa saja
CINTA

cinta yang universal, untuk siapa saja Karena dunia ini menyimpan terlalu banyak cinta.
Selamat bercinta :)