Halaman

Jumat, 13 September 2013

Membuncah

Ada yang membuncah
Ada yang gelisah
Meski asa memang tak pernah mendekat
Sebagaimana kita yang tetap dalam jarak
Hanya ingin sua
Hanya ingin menatap
Lalu biarkan rindu yang membuncah terlepaskan
Hampa yang gelisah terhapuskan
Pulanglah
Itu saja


13 September 2013

Rabu, 14 Agustus 2013

Kenapa

Hari ini kamu sunyi
bukan sunyi yang bisa kunikmati
canggung

Hari ini kamu serampangan
menyetir seenaknya
membuatku tak nyaman
hampir saja kamu membawaku pulang
lupa singgah ke rumahku tuk mengantarku pulang

Hari ini kamu kenapa?

13 Agustus 2013

Meski Jenuh

Hey,
Sebenarnya aku sudah mulai jenuh
Pada relasi kita yang terasa ada bergantug pada putaran waktu
Bertemu di akhir minggu, lalu senyap sepanjang enam hari berikutnya
Seolah tak mengenal, seolah tak saling peduli
Baru di hari Sabtu, atau minggu, saat sejenak aku memikirkanmu
Dalam beberapa jam saja, sosokmu muncul di hadapanku
Lalu senyap lagi, dan berputar lagi
Seperti putaran waktu

Jenuh itu bahkan kerap kuumbar
Pada sahabat, pada saudara, pada siapa ku biasa berbagi cerita.
Stagnan, monoton, ga dinamis.
Tiga kata yang kugunakan ketika mereka kerap bertanya, tentang kamu, tentang kita.

Tapi tetap saja ku tak kuasa
Meski ku tengah menikmati performance band favoritku, yang kamu bahkan tak tahu
Ketika sebuat notifikasi mengantarkan pesan darimu
Kutinggalkan basa basi, kulangkahkan kaki, menemuimu
Kitapun bertemu, kembali, menjalani relasi yang bergantung pada putaran waktu

Hey, mungkin sekali saja waktu suaku denganmu dalam seminggu
Tapi sulit tuk mengelak bahwa aku menikmati itu
Aku suka melihat wajahmu yang kebingungan mencariku
Suka ketika kamu kerap menoleh seraya menertawaiku
Menatap wajahku yang cemberut ketakutan semakin terbenam di lenganmu

Hey,
Kamu tampan sekali malam ini

Terima kasih telah memperlakukanku dengan teramat sederhana. Menatapku sejajar, menilaiku dari sudut pandang yang mudah. Membuatku merasa sebagai, perempuan.


3 Agustus 2013

Rabu, 16 Januari 2013

Aku Kehilangan Halteku


Hai sahabat,
Aku begitu terbiasa dengan kehadiranmu. Dengan sapaanmu yang tak terlalu sering, namun teratur. Dengan kehadiranmu yang tak pernah lama, namun berkala. Dengan cerita-ceritamu yang tak beragam, namun selalu kau bagi denganku.

Seminggu, sebulan, dua bulan. Jangankan menemui kehadiranmu di hadapanku. Sapaanmu pun tak lagi kutemui. Ada hari-hari saat aku membutuhkanmu. Dengan segala kisah yang membuncah, tak sabar tuk kucurahkan padamu. Namun setiap kali aku hanya bisa memikirkanmu, melihat namamu, tanpa bisa mengungkapkan yang sudah siap tumpah.

Seandainya kamu tahu, betapa seringnya aku memancing perhatianmu. Sekedar berganti status BBM, tepat setelah namamu muncul di recent update BBMku. Sampai satu titik aku tak bisa bertahan. Aku yang setengah mati menahan gengsi akhirnya menyerah. Satu kalimat itupun kukirimkan padamu. Aku kangen kamu. Sedetik, semenit, sejam, sehari, pesan itu hanya mendapatkan tanda bahwa kamu sudah membacanya. Namun sama sekali tak ada balasan.

Aku memang tidak selalu ada untukmu, sebagaimana kamu tidak hadir setiap saat untuku. Namun setiap aku lelah dalam perjalananku. Setiap langkahku harus transit dari satu kisah ke kisah lainnya. setiap saat itu, aku terbiasa datang padamu. Terbiasa berada di dalam lindunganmu, hingga lelah, resah, penat, sedih, menjadi menguap tak tersisa. Terbiasa menikmati hangatnya tatapanmu, mendengarkan suaramu yang menenangkan, hingga aku bisa melangkah mantap ke perjalanan berikutnya.

Sekarang, saat kisahku kerap berganti tanpa jeda yang kulalui bersamamu, aku merasa kosong. Aku kehilangan halteku.

Jakarta, 16 Januari 2012
Penuh Rindu
Dny

Senin, 14 Januari 2013

pelawak 'favorit'


Teruntuk @radityadika

Heyho abang Radit, terpaksa ni ngirim surat cinta. Abis harus ke selebtweet. Secara dari zaman gw ga tau twitter lo udah nyeleb di twitter. Eh, eh Dik, ada yang bilang lo tu working hard to be funny lho. Jadi maksudnya lo tu lucunya ga genuine. Haha, abis tampang lo lebih cocok ditimbun buku si daripada ngelucu. Terus ya, menurut gw, sengaco-ngaconya stand up comedy tuh ya elo pas, materi lo abis putus sama Sherina. Puas gw ngetawain lo. Haha. Segitu aja deh surat cinta buat lo. Tenang, gimana pun Malam Minggu Miko tetep jadi favorit gw kok. Apalagi yang awal-awal. Episode Nisa. Sumpah lo mirip banget Olga Syahputra :D

Dengan Cinta
@DnayNisaa

Kamis, 27 Desember 2012

Jatuh Cinta dengan Logika

Ya, aku jatuh cinta padamu. Rasanya kalimat itu tak hanya membuat lidahku kelu. Namun juga membuat jariku kaku. Jariku yang beberapa bulan belakangan ini berperan aktif menyampaikan pesanku padamu. Jariku yang setengah mati menahan agar huruf r, i, n, d, & u di keypad tidak terpencet secara berurutan. Jariku yang seringkali tak sabaran menahan lincah geraknya, demi menunggu otaku yang masih terus berpikir, memilah, & memilih kata apa yang paling tepat untuk kusampaikan padamu.

Bagiku, cinta itu harus pakai otak. Cinta itu harus tetap menggunakan logika. Toh berpikir logis tidak akan mengurangi cinta yang dalam dan manis. Sebaliknya, dia menjadikan cinta kuat, anggun, teguh. Bukannya mengumbar air mata dengan kisah cinta yang tak sampai, apapun alasannya. Budaya? Nilai? Keluarga? Apapun itu, jika logika memutuskan tak hendak memperjuangkan cinta, lalu buat apa dia dipertahankan? Atas nama pengorbanan? Bukankah cinta seharusnya membahagiakan?

Aku jatuh cinta padamu belum begitu lama. Kalaupun sudah menginjak tahun, mungkin baru saja melewati tahun pertama. Perasaan itu datang, jujur bukan karena ada getar yang kurasakan setiap aku di dekatmu. Apalagi sampai memimpikan senyummu. Toh kenanganku tentangmu lebih banyak tentang ungkapan kesal, nada mengkritik, atau tatapan menyebalkan, ketika ada hal yang kamu tak suka.

Aku jatuh cinta padamu karena pemikiranmu. Karena caramu melihat hidup, memandang persoalan, dan menyikapinya dengan lentur, namun tetap 'bersikap.' Aku jatuh cinta padamu melalui diskusi-diskusi kita, melalui untaian kata yang kau rangkaikan lalu kubaca, melalui sikap, tanduk, cara, langkahmu yang kuperhatikan diam-diam.

Mengenalmu, entah kenapa membuatku percaya. Bahwa ada seseorang yang bisa memahami pemikiranku, kedaulatanku atas diriku sendiri, & harapanku tentang relasi perempuan-laki2,  istri-suami yang ideal. Karena itu aku jatuh cinta. Jatuh cinta dengan segala logika, jatuh cinta secara sadar dan rasional.

Maka rasioku terus membututi jari jemariku. Agar tetap menjaga sikapnya, agar tidak mengirimkan sinyal yang belum waktunya menyala. Rasio yang mengolah cinta dan rindu, menjadi keseharian biasa, tanpa harus menggebu, tanpa harus menuntut. Aku menunggu, aku menahan. Bukan berarti aku tak mau berjuang. Hanya saja aku belum selesai membacamu.

Pada saatnya nanti, bila lembar-lembar bukumu telah habis kubaca. Jika aku berhasil sampai ke endingnya, bisa jadi cintaku terungkap, cintaku terjawab, cintaku terbalas.

Namun jika tidak, biar aku menikmati kembali rasanya patah hati, menggali pembelajaran untuk melangkah lebih pasti. Patah hati hanya proses yang harus dilewati, sedang bangkit adalah keniscayaan. Begitulah logikaku menjanjikan.

Rabu, 17 Oktober 2012

Buat Apa

Ada seseorang yang membuatku menyetel aplikasi skype untuk selalu sign in begitu aku menyalakan leptop. Dia pergi, membawa pesanku untuk meng add akunku. Benar saja, tak lama dia mengadd, dan akupun menerimanya. Sejak saat itu, akunku selalu menyala, seiap saat leptop ini menyala

Namun buar apa, akunku selalu sedia, buat apa namanya tertera di list kontakku, kalau dia tak pernah menyalakan akunnya, dan kami tak pernah bersapa lagi di dunia maya.