Barangkali memang hanya rasa penasaranku saja. Ketika kamu
yang biasa berbusa-busa menggunakan istilah-istilah rumit dalam tulisanmu. Membuatku
menggelengkan kepala, bahkan kadang (honestly) malas membaca tulisanmu lebih
lanjut karena merasa tulisan itu terlalu ‘berat.’ Lalu tiba-tiba aku
menemukanmu bertutur tentang cinta. Sederhana, namun sangat bermakna.
Usiamu sangat belia, bahkan jika dibandingkan dengan usiaku.
Namun rasanya salah pabila aku menganggapmu adik. Sejak awal, pemikiranmu tak
membuatmu duduk lebih rendah ketika berhadapan denganku. Kegelisahan-kegelisahan
yang kau ungkapkan, justru menunjukan kematangan berpikir tentang hidup,
tentang ideologi, bahkan tentang cinta.
Maka biarlah aku menjelajahi pemikiranmu. Menemukan jembatan
untuku bisa lebih memahami kegelisahanmu. Hari ini, aku berhenti pada sebuah
postingan tanpa komentarmu. Sebuah kesederhanaan cinta nan manis, indah, lugu.
Izinkan aku mengencanimu di alam mimpi. Mengupas habis isi kepala dan hatimu. Kali ini, tidak tentang perjuangan, tidak tentang ideologi, tidak tentang kemiskinan, tapi tentang cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar