Halaman

Rabu, 01 Februari 2012

Untuk Calon Suamiku


Untuk Calon Suamiku
Sebelum kelak kita membangun sebuah keluarga bahagia, perkenankanlah aku menyampai sesuatu. Izinkan aku mengungkapkan beberapa keinginanku yang ingin kubagi denganmu.

Aku ingin anak-anak kita nanti mendapatkan kasih sayang, perhatian, dan cinta yang melimpah dari kita. aku ingin mereka tumbuh sebagai sosok yang percaya diri, mengenal dirinya sendiri, tangguh, dan bisa mengandalkan dirinya sendiri.
Aku ingin kita mengajarkan kepada mereka untuk tidak tergantung kepada orang lain, untuk melakukan hal-hal yang bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan orang lain.
Karena itu, aku ingin kita memberikan contoh-contoh kecil kepada mereka. Dengan tidak menyuruh mereka mengambilkan piring, gelas, makanan, atau minuman, atau apapun yang bisa kita lakukan sendiri. Karena menyuruh mereka hanya akan membuat mereka merasa bisa memerintah siapapun yang menurut mereka lebih ‘rendah’ (entah berdasarkan umur, kedudukan, dan yang lainnya) daripada mereka.

Aku tidak ingin mendengar mereka berteriak-teriak memanggil ‘mbak’ (PRT-red) mereka, untuk diambilkan minum, dipakaikan sepatu, menyuapi makan, dan hal-hal lain yang sebenarnya bisa mereka lakukan sendiri, meski dengan kata tolong sekalipun.

Bukan berarti aku tidak ingin mereka menunjukan kasih sayang kepada kita. Karena aku jamin, mereka akan berlajar dari aku yang memasak dengan cinta untukmu. Membuatkan kopi kesukaanmu, dan kamu pun bisa melakukan hal yang sama untukku. Berdasarkan cinta, bukan berdasarkan kamu mengharuskanku atau sebaliknya.

Aku ingin mereka tumbuh sebagai generasi cerdas dengan kesadaran kritis yang membuat mereka mampu memilih dan menghadapi konsekuensi dari pilihan-pilihan yang mereka buat, dan konsisten dengan pilihan tersebut.

Aku ingin kita menjawab seluruh pertanyaan mereka, sederhana atapun rumit, meski kita dalam keadaan selelah apapun.

Aku ingin mereka mendapatkan semua penjelasan terkait apa-apa yang mereka tidak boleh lakukan, dan apa-apa yang mereka harus lakukan. Tentang akibat-akibat tertentu dari perbuatan tetentu, membiarkan mereka berpikir, dan memutuskan apa yang baik dan buruk bagi mereka.

Aku ingin memberikan kepercayaan kepada mereka selayaknya orang-orang dewasa. Membuat 'gentleman agreement' dengan mereka, tentang konsekuensi apa yang harus mereka terima dari tindakan-tindakan yang mereka lakukan.

Aku ingin kita memiliki waktu untuk duduk bersama, sekedar sharing pengalama sehari-hari, serta mengambil keputusan-keputusan penting untuk rumah dan keluarga kita. mendengar si adik ingin bersekolah di mana, mendengar si kakak akan mengambil jurusan apa, dan sebagainya.

Aku ingin mengajarkan mereka tentang makna konsistensi, dengan konsisten dalam mendidik mereka. Ketika kita sudah mengatakan tidak terhadap keinginan-keinginan mereka yang memang kita merasa tidak perlu memenuhinya. Memenuhi gentleman agreement yang kita buat dengan mereka, baik terkait kewajiban kita, maupun kewajiban mereka.

Memberikan janji atas reward dan mekanisme punishment yang memang realistis untuk kita terapkan kepada mereka.

Memenuhi semua janji kita kepada mereka, baik yang kita ucapkan, maupun tidak ucapkan kepada mereka.

Kalaupun ada janji yang tidak bisa kita penuhi karena hal-hal di luar kuasa kita, kita harus memberikan kompensasi sesuai kesepakatan ulang yang melibatkan mereka.

Tidak sekalipun mengancam mereka untuk, menurunkan mereka di tengah jalan, meninggalkan mereka di pusat pertokoan, mereka harus tidur di luar rumah, atau hal-hal tidak masuk akal lainnya.

Tetap berkata tidak, ketika anak kita merajuk minta dibelikan mainan, meski kita mulai merasa kasihan, dan memiliki dana untuk menurutinya.

Aku ingin mereka tumbuh sebagai pemberani, mau mengakui kesalahan, dan sanggup untuk belajar dari kesalahan itu.

Aku ingin kita tak segan-segan meminta maaf kepada mereka ketika kita melakukan kesalahan.

Karenanya kitapun tidak boleh segan mengakui kesalahan, atapupun meminta maaf ketika kita berbuat salah kepada mereka ataupun kepada orang lain.

Aku ingin kita duduk bersama, mendiskusikan masalah di antara kita. Berargumentasi, berdiskusi, semua orang berhak bicara.

Aku ingin kita saling menyemangati, mensupport mereka untuk mengambil keputusan berani, dan tetap mendukung mereka apapun yang terjadi dari keputusan tersebut.

Aku ingin mereka bebas mengeksplorasi potensi yang ada di dalam dirinya.

Aku tidak ingin mereka tumbuh di tengah larangan-larangan yang tidak relevan.
Biarkan saja mereka berkotor-kotor ria bermain di luar, atau mencintai hujan seperti mama-nya.

Biarkan saja anak perempuan kita hobi memanjat, atau anak laki-laki kita senang membantu di dapur.

Aku ingin mereka yang memutuskan, ingin les gitar, atau les melukis, ingin taekwondo atau karate, atau memilih untuk ikut les Bahasa Indonesia sekalipun.

Aku ingin mereka menghargai setiap usaha yang dilakukan, baik oleh mereka ataupun oleh orang lain.

Aku ingin mengajarkan mereka untuk ringan mengucapkan terima kasih, untuk tak segan-segan memuji dan memberikan penghargaan kepada orang lain. Karena tentu saja kita tidak pernah segan untuk mengucapkan terima kasih dan member penghargaan setiap usaha mereka.

Aku ingin mereka tahu bahwa setiap butir beras dihasilkan dari usaha dan kerja keras. Dan kita kan mengajarkan mereka untuk tidak menyisakan sebutir nasipun di piring.

Aku ingin mengajarkan mereka bahwa berbeda itu indah, dan keberagaman adalah kekayaan.

Aku ingin mereka bisa bergaul dan berteman dengan siapa saja tanpa tersekat-sekat stereotyping yang tidak penting. Hitam, putih, sipit, belo, lurus, keriting, semua hanyalah cirri-ciri fisiki setiap orang. Sama sekali bukan tentang siapa yang lebih baik, lebih pintar, atau lebih pantas dijadikan teman.

Aku ingin mereka terbiasa dengan perbedaan pendapat. Bahwa masing-masing punya pilihannya sendiri, memilih baju yang akan dikenakan, atau warna cat tembok kamar. Menghargai berbagai pilihan yang diambil, dan jangan lupa konsisten dengan pilihan-pilihan itu.

Dear calon suamiku,
Masih banyak aku ingin-aku ingin lainnya, dan tentu saja aku masih menyisakan ruang untuk mu mengungkapkan ‘aku ingin-aku ingin’ versimu. Agar kita bisa berdiskusi bersama tentang apa yang baik yang kita rasa, saling bertanggung jawab untuk menjalankan tugas, untuk membangun keluarga yang kita pilih sendiri, dengan kebahagiaan yang kita ciptakan sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar