Hai, apa kabar?
Kamu yang selalu datang sesekali,
menyapa, bertanya, lalu pergi lagi. Terakhir, kamu bertanya tentang kesibukanku
saat ini. Klise, seperti biasa. Tak ada yang istimewa, tak ada salam hangat,
apalagi kalimat mesra.
Ingatkah kamu kapan pertama kali
kita bertemu? Kira-kira empat tahun yang lalu. Kamu datang ke kampusku, urusan
organisasi. Aku? Jangankan terpesona, melirikmu saja tidak. Saat itu aku hanya berusaha menjadi tuan rumah yang baik,
dan selebihnya sibuk membuat kajian dan perencanaan kegiatan.
Lalu kita bertemu lagi, di sebuah
acara televisi. Kamu ingat? Kita terlambat saat itu. Aku dan kamu mengeluarkan
pendapat berbeda. Dan entah berapa juta pemirsa menyaksikan perbedaan kita.
Selesai acara, kita tak langsung pulang. Berbincang sebentar, aku, kamu,
kawanku, dan kawan-kawanmu. Membahas sebuah kebijakan, yang kalian mau
memantaunya, sementara kami masih mati-matian menolaknya. Tak puas berdiskusi,
lantas kita bertukar nomor ponsel.
Tak membutuhkan waktu lama menunggumu
menghubungiku. Kita ber-sms, diskusi tentang kampus sampai tentang kebijakan
nasional. Selalu terselip pertanyaan apa kabar, serta sedikit detil basa basi, yang
menghadirkan senyum di wajahku, dan desir hangat di hatiku. Manis,
menyenangkan, namun tak pernah terlalu spesial.
Beberapa hari yang lalu, setelah
satu tahun kau tak pernah menyapaku, tiba-tiba namamu muncul di list smsku.
Singkat, hanya meminta pin BBMku, dan diakhir pesan, kamu tuliskan namamu.
Seakan kamu berpikir aku tidak menyimpan nomormu di phonebook ku. Lalu request mu datang, diikuti dengan sapamu. Itu
terakhir kali kita berbincang. Lewat layar kecil, bermodalkan papan qwerty. Percakapan biasa, tentang
kesibukanku. Klise, tak istimewa.
Dalam hati aku bertanya entah
kapan aku akan menemukan sapamu kembali. Tapi kapanpun kamu datang lagi, bolehkah
aku meminta? Sedikit saja kata istimewa. Sedikit saja, agar aku merasa, kita,
istimewa.
25 Januari 2012
Untukmu yang istimewa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar